BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Penyebab kematian maternal yang terpenting di
Indonesia seperti halnya di negara lain 95% disebabkan trias klasik, yaitu
perdarahan, diantaranya perdarahan ante partum, seperti pada plasenta previa,
preeklamsi dan eklamsi, serta infeksi. Penyebab tak langsung seperti penyakit
hepatitis, tuberculosis, anemia, malaria, diabetes mellitus (Manuaba, 2001). Kematian dan kesakitan ibu juga
berkaitan dengan pertolongan persalinan dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor
sosial budaya dan faktor pelayanan medis (Manuaba, 2001).
1.2.
Tujuan
1.2.1.
Tujuan
Umum
Agar
mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi plasenta previa di
rawat gabung Irna A kebidanan RSUP Dr. M. Damil Padang.
1.2.2.
Tujuan
Khusus
1.2.2.1
Melakukan pengkajian data subjektif pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi palenta previa di rawat
gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr.M. Djamil
Padang.
1.2.2.2
Melakukan pengkajian data objektif pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi palsenta previa di
rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.2.2.3
Melakukan Analisa/diagnosa masalah pada ibu postpartum dengan Sectio Caesarea atas indikasi plsenta previa di
rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
1.2.2.4
Melakukan
penatalakasanaan asuhan kebidanan pada ibu post partum
dengan Sectio Caesarea atas indikasi palsenta previa di
rawat gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.2.2.5
Melakukan pendokumentasian SOAP
1.3.
Batasan
Masalah
Masalah
yang di bahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan
pada ibu postpartum
dengan Sectio Caesarea atas indikasi plasnta previa di rawat
gabung Irna A Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Plasenta previa
1. Pengertian
Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum.
Sejalan
dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan pasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikut perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bias mengubah luas
permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada
derajat atau klasfikasi dari plasenta previa ketka pemeriksaan dilakukan bak
dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan pemeriksaan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
sauhan intranatal.
2. Klasfikasi
1. Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta
previa marginalis adalh placenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta
letak rendah adalah plasenta yang berimplantasipada segmen bawah rahm yang
sedemkan rupa sehingga tepi bawahnya berada padajarak lebih kurang 2cm dari
ostium uteri internum.
3.
Etiologi
Penyebab blatokista berimplementasi pada segmen
bawah rahim belumlah diketahui dengan pasti. Mungkn secara kebetulan saja
blatokista menimpa desidua di segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin teor lain
mengemukakan sebagi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang
tdal memadai, mungn sebagai proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut,cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan
sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
yang semuanya dapat dipandang sebagai factor resiko bagi terjadinya plasenta
previa. Cacat bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada
perempuan merokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tingg 2 kali lipat.
Hipoksemia akbat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkn plasenta
menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Palsenta yang terlalu besar
seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bias menyebabkan
pertumbuhan lasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atua seluruh ostium uteri internum.
4.
Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umunya pada
trimester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tapa plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagai mana diketahui tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu
desidua basls yang bertumbuh menjad bagian dari uri.
Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen
bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akn
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagi tapak plasenta. Demikian
pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian plasenta yang terlepas.
Pada tempat laserasi ini akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruangan intervillus dari palasenta. Oleh karena pembentukan
segme bawah rahim itu pendarahan pada plasenta previa psti kan terjadi (unavoidable bleeding). Pedrahan ditempat
itu relative dipermudah dan banyak karena segmen bawah rahim dan serviks tidak
bisa berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimlikinya sangat minimal,
dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akn tertutup dengan
sempurna. Perdaraan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecual jka ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta diman pendarahan berlangsung
lebih banyak dan lebh lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akn
belangsung lama dan progresif dan bertahap, maka laserasi baru akn mengulang
kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa sesuatu sebab
lain . darh yang keluar bewarna merah segar anpa rasa nyeri . pada alsenta yang
menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan oleh karena segmen bawah rahm terbentukterlebh dahulu pada bagian
terbawah yaitu pada ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa parsialis
ataletak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekat atau mula
persalinan. Perdarahan ertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu tetapilbih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 mingu keatas.
5. Gambaran
klinik
Ciri yang menonjol dari plasenta adalh
perdarahan uterus keluar melalui vagina tana rasa nyeri . perdarahan biasanya
baru terjadi pada trimester kedua keatas. Perdaraha pertama berlangsung tidak
banyak dan berhent sendiri. Perdarhan trjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas
setelah beberapa waktu kemudian, jadi berulang. Ada setiap pengulangan terjd
perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir. Pada plasenta letak
rendah perdarahan baru terjad pada waktu mula persalinan. Perdarahan bisa
sedikit samai banyak mirip pada solusi
plasenta. . perdarahan di perkuat sehubung segmen baewah rahim tidak mampu
berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan demka perdarahan bisa berlansung
samai pasca persalinan.
Berhubungan
plasenta terleak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen sering ditemui
bagian terbawah janin masih tinggi diatas simpisis denga letak janin tidak dalm
letak memanjang. Palpas abdomen tidak membuat ibu nyeri dan perut tdak tegang.
6.
Diagnosis
Perempuan
yang hamil mengalami perdarhan dalam kehamilan lanjut biasanya menderita
plasenta previa atau solutio plasenta. Gambaran klinik yang klasik dapat
membedakan antar keduanya. Dahulu untuk kepastian diagnosis pasien dipersiapkan
di kamar bedah untuk flakukan pemeriksaan dalam.
Dewasa ini
double set up examination pada banyakrumah sakit sudah jarang dilakukan
behubungan telah tersedia alat ultrasonografi.trans abdominal ultrasonografi
dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberi kepastian diagnosis plasnta previa dengan ketetapan
tinggi sampai 96%-98%.
7. Komplikasi
a. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim
terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta plasenta dari perlekatannya di
utrus dapat berulang dan semakn banyak, dan perdarahan yang terjad itu tidak
dapat dicegah sehingga pnderita menjad anemia bahkan syok.
b. Oleh karena yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan sifat segmen ini yang tipis mudahla jaringan troflbas dengan
invasinya mneroboskedalam miometrium bahkan sampai ke perimetrium dan menjadi
sebab kejadian plasenta inkreta bahkan plasenta preketa.
c. Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan
kaya pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai dengan perdarahan
yang banyak. Oleh karena tu harus hati hati pada semua tindakan manual di
tempat ini misalnya pada waktu mengeluarkan anak pada waktu insisi pada segmen
bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada retens
plasenta.
d. Kelana letak anak pada plasenta previa lebih
sering terjadi. Hal ni memaksa lebih sering diambl tibdakan operasi dngan
segala konsekuensinya.
e. Kelahiran premature dan gawat janin sering
tidak terhindarkan sebagian karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum
aterm
f. Komplikasi lain yang dilporkan dalam
kepustakaan selain masa rawatan yang lebih lama adala beresiko tinggi untk
solution plasenta.
8.
Penanganan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan
dalam trimester kedua atau trimester ketiga harus dirawar di rumah sakit.
Pasien diminta istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan drah lengkap termasuk
golongan darah dan factor Rh. Jika kemudian perdarahan tdak banyak dan berhenti
dan janin dalam keadaan premature dibolehka pulang dan dilanjutkn dengan rawart
rumah dan rawat dan rawat jalan dengan syarat telah data konsultasi yang cukup
dengan phak keluarga agar dengan segera kembali kerumah sakit jika perdarahan
berulang.
Selama rawat inap mungkin perlu diberikan
tranfusi darah dan terhadap pasien dilakukan pemantauan janin dan observasi
kesehatan maternal yang ketat berhubung tdak bsa diramalkan pada pasien kapan
terjadnya perdarahan berulang.
Perdarahan dalam trimester ketiga perlu
pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah
sakit dan dalam keadaan yang serius cukup alas an untuk merawatnya sampai melahirkan.
Serangan perdarahan berulang yang banyak bisa saja terjadi sekalpun pasien
distirahatkan . jika pada waktu masuk tejadi perdarahan yang banyak perlu
dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah viabel. Bl perdarahan tidak sampai
sedemikian banyak paien diistirahatkan sampai kehamilan 36 minggu dan bila pada
amniosintesis menunjukkan paruh janin sudah matang, terminasi dapat dilakukan
jika perlu melalui seksio sesarea.
2.2
Sectio Cesarea
2. 2. 1.
Pengertian
Operasi Caesar atau sering
disebut dengan seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding
perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500gram. ( Wiknjosastro,2005).
Seksio sesaria adalah suatu tidakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram , melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Jenis–jenis seksio sesare :
1. Seksio sesarea klasik
(korporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira
sepanjang 10 cm.
2. Seksio sesarea ismika
(profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10 cm.
2. 2. 2.
Etiologi
1. Indikasi yang berasal dari ibu ( etiologi ).
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi
para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi
janin / panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat
kesempitan panggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia,
atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit ( jantung, DM ), gangguan
perjalanan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya ).
2. Indikasi yang berasal dari janin.
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal
posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan
persalinan vakum atau forseps ekstraksi.
2. 2. 3.
Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan akhirnya harus dilakukan SC.
2. 2. 4.
Komplikasi
1.Infeksipuerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dsb.
2.Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3.
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru,
dan sebagainya sangat jarang
terjadi.
4. Suatu
komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang kuatnya parut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah seksio sesarea klasik.
Anjuran Operasi
·
Dianjurkan jangan hamil lebih kurang satu tahun dengan
munggunakan alat kontrasepsi.
·
Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengam
antenatal yang baik.
·
Yang dianut adalah “Once a cesarean not always a
cesarean” kecuali pada panggul sempit atau disporposi segala pelvik.
2. 2. 5.
Pemeriksaan penunjang
- USG, untuk menetukan letak impiantasi
plasenta.
- Pemeriksaan hemoglobin
- Pemeriksaan Hema tokrit
2. 2. 6.
Penatalaksanaan
1. Perawatan
Pre Operasi Seksio Sesarea
a. Persiapan Kamar Operasi
·
Kamar operasi telah dibersihkan dan siap untuk dipakai
·
Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain
operasi
b. Persiapan Pasien
·
Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi.
·
Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak
keluarga pasien
·
Perawat member support kepada pasien.
·
Daerah yang akan di insisi telah dibersihkan (rambut
pubis di cukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan
antiseptic).
·
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pengkajian untuk
mengetahui penyakit yang pernah di derita oleh pasien.
·
Pemeriksaan laboratorium (darah, urine).
·
Pemeriksaan USG.
·
Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
2. Perawatan Post Operasi Seksio Sesarea.
a.
Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata
dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler) setiap 3 jam sekali, bila
diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan dengan cara serupa
10 mg morfin.
·
Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg.
·
Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat
adalah 100 mg Meperidin.
Obat-obatan
antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama dengan
pemberian preparat narkotik.
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa
4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi jumlah urine serta jumlah darah
yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.
c. Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter
larutan RL, terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh di bawah 30 ml / jam,
pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari kedua.
d. Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah
12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah operasi. Biasanya
bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari
kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada hari ketiga.
e. Ambulasi
Pada hari pertama setelah
pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur
sebentar, sekurang-kurang 2 kali pada hari kedua pasien dapat berjalan dengan
pertolongan.
f.
Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap
hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat
setelah pembedahan. Paling lambat hari ke tiga post partum, pasien dapat mandi
tanpa membahayakan luka insisi.
g.
Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur
pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila
terdapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan
hipovolemia.
h.
Perawatan Payudara.
Pemberian ASI dapat dimulai pada
hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut
payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya
mengurangi rasa nyeri.
i.
Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit.
Seorang pasien yang baru
melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada
hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi
hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.
BAB III
STUDI KASUS
KASUS
Pasien Ny “L” G3P2A0H2 berumur 38 tahun masuk ke KB IGD tanggal 30
September 2013 dengan keluhan keluar flek dari kemaluan
sejak 1 jam yang lalu.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY “L” P3 A0 H3 DENGAN PLASENTA PREVIA
TOTALIS DI RAWAT GABUNG KEBIDANAN
RSUP Dr. M DJAMIL PADANG
I.
PENGUMPULAN
DATA
A.
Identitas / Biodata
Nama ibu : Ny. “L”
Umur : 28ahun
Suku / bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Parak kopi Alai
Telepon : 081378520709
Nama Suami : Tn. “F”
Umur :
32tahun
Suku / bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
swasta
Alamat rumah :
Parak kopi Alai
B.
ANAMNESA
(DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 3 Oktober 2013
Pukul : 10.00 WIB
Alasan masuk :
ibu post SC atas indikasi Plasenta previa
1.
Riwayat menstruasi
a.
Menarche :
± umur 13 th
b.
Siklus :
28 hari
c.
Lama :
5-7 hari
d.
Banyaknya :
2-3x ganti pembalut
e.Sifat
darah :
encer
f.
Disminorea :
tidak ada
2.
Riwayat perkawinan
a.
Kawin :
Th 2004
b.Setelah
kawin berapa lama hamil : 1bulan
3.
Riwayat persalinan
a. Tempat
melahirkan : RSUP.
Dr. M. Djamil Padang
b. Ditolong
oleh : Dokter
c. Tanggal
persalinan : 30
September 2013
d. Ibu
·
Jenis persalinan : buatan (SC)
·
Komplikasi : ibu plasenta previa totalis
·
Plasenta :
-
Ukuran : normal
-
Berat : ± 660 gram
-
Kelainan : tidak ada
·
Panjang tali pusat : ± 60 cm
·
Perineum : Tidak ada laserasi
e. Bayi
·
Lahir : hidup
·
Jenis kelamin : laki -laki
·
BB/PB : 2800 gram/ 48 cm
·
Anus : ada
·
Cacat bawaan : tidak ada
·
Masa gestasi : aterm
·
Air ketuban
-
Banyak : ± 500 cc
-
Keadaan : jernih
4.
riwayat kehamilan,persalinan, nifas yang lalu
No
|
Tgl
lahir anak
|
Usia
kehamilan
|
Tempat
persalinan
|
Jenis
persalinan
|
Penolong
|
Komplikasi
|
Bayi
|
Nifas
|
||||
Ibu
|
Bayi
|
Jk
|
BB/PB
|
Keadaan
|
Laktasi
|
Keadaan
|
||||||
1
|
2005
|
Aterm
|
RSUP.
Dr.M.Djamil
|
Buatan
(SC)
|
Dokter
|
-
|
-
|
Pr
|
3500/50
|
Normal
|
ada
|
normal
|
2
|
2009
|
Aterm
|
RSUP.
Dr.M.Djamil
|
Buatan
(SC)
|
Dokter
|
-
|
-
|
Pr
|
2600/46
|
normal
|
Normal
|
normal
|
3
|
Ini
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
Riwayat kesehatan
- Riwayat Penyakit
Jantung :
tidak ada
Ginjal :
tidak ada
Asma/TBC Paru :
tidak ada
Hepatitis : tidak ada
D. M. :
tidak ada
Hipertensi : tidak ada
Epilepsi :
tidak ada
PMS :
tidak ada
- Riwayat Alergi
Makanan : tidak ada
Obat-obatan : tidak ada
c.
Riwayat Transfusi Darah :
tidak ada
d.
Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa :
tidak ada
6. Riwayat kesehatan keluarga:
- Riwayat penyakit
Jantung :
tidak ada
Ginjal :
tidak ada
Asma :
tidak ada
TBC :
tidak ada
D.
M. :
tidak ada
Hipertensi :
tidak ada
Epilepsi :
tidak ada
- Riwayat kehamilan
Gamelli/ Kembar :
tidak ada
c. Psikologis :
tidak ada
7. Pola makan
Makan
sehari-hari
Pagi
: 1 piring
nasi goreng + 1 butir telur + 1 gelas air putih
Siang : 1
piring nasi + 1/2 potong lauk + 1/2 mangkuk sayur + 1 gelas air putih
Malam : 1 piring
nasi + ½ potong lauk + ½ mangkuk sayur + 1 gelas air putih
masalah :Tidak ada
8. Pola eliminasi
a.
BAK
1. Frekuensi :
±3x sehari
2. Warna :
Kuning jernih
3. Keluhan :
Tidak ada
b. BAB
1. Frekuensi : ±1x sehari
2. Warna :
Kuning kecoklatan
3. Konsistensi :
Lunak
4. Keluhan :
tidak ada
9. Pola istirahat dan tidur
a. Siang :
±1 jam
b. Malam : ± 7 jam
C. DATA OBJEKTIF
a.
PEMERIKSAAN UMUM
1. Keadaan
umum :
sedang
2. Keadaan
emosional :
stabil
3. Tanda
vital
·
Tekanan darah :
120/80 mmHg
·
Nadi : 82 x/i
·
Nafas : 20 x/i
·
Suhu : 37 0C
4. BB
Sekarang :
58 kg
5. TB :
150 cm
b.
PEMERIKSAAN KHUSUS
a. Mata
: conjuctiva merah muda,sklera tidak ikterik
b. Muka:
terdapat cloasmagravidarum,dan tidak oedema
c. Mulut
: mukosa bibir dan lidah lembab,tidak ada stomatitis
d. Gigi
: bersih,tidak ada flak dan tidak ada caries
e. Leher
: tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
f. Payudara
·
Pengeluaran : Asi +
·
Bentuk : simetris
·
Putting susu : menonjol
g.
Uterus
·
Tinggi fundus uteri : 2 jari
bawah pusat
·
Konsistensi : keras
h. Pengeluaran lochia
·
Warna : kuning
kecoklatan
·
Jumlah : normal
i. Perineum : Tidak ada
jahitan
j.
Kandung kemih :
Tidak teraba
k.
Ekstremitas atas dan bawah
·
Oedema : tidak ada
·
Sianosis pada ujung jari : tidak ada
·
Kemerahan : tidak ada
·
Pergerakkan : normal
D.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1.
Darah
-
Hb :
10,2
-
leukosit :
15,9
-
eritrosit : 4,2 x 106
-
hematokrit : 31 %
-
trombosit : 212
-
protein : -
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
IBU NIFAS PADA NY “L” P3A0H3 DENGAN PLASENTA PREVIA POST SC DI RUANG RAWAT
GABUNG KEBIDANAN RSUP DR. M DJAMIL PADANG
SUBJEKTIF
|
OBJEKTIF
|
ANALISA
|
PENATALAKSANAAN
|
Tanggal
:
3
Oktober 2013
Ibu mengatakan:
-
melahirkan tanggal 30 September
2013 dan bayi hidup
-
ini anak ke tiga
|
-Keadaan umum: Sedang
-Keadaan emosional : stabil
TTV: :
tidak stabil
TD120/80
mmHg
S : 37˚c
, P:20x/i, N:82x/i
Pemeriksaan
Khusus
Mata : conjuctiva
merah muda,sklera
tidak ikterik
Leher : tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
Payudara
Pengeluaran
: Asi + bentuk : simetris Putting susu: menonjol
Uterus
TFU : 2
jari bawah pusat
Kontraksi
: baik
Pengeluaran
lochia
Warna :
kuning kcoklatan
Jumlah
: normal
Kandung
kemih : Tidak teraba Ekstremitas atas dan bawah
Oedema
: tidak ada :
normal
Terapi:
-
ceftriaxone 2x1g
-
antalgin 3x1
-
vitc 2x1
-Pemeriksaan
Labor
-Hb : 10,2
|
Ibu
P3A0H3 Post SC + Plaenta previa totalis + 3 hari
|
1.
Menginformasikan kepada pasien dan keluarga hasil pemeriksaan, pasien dan
keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2.
Menganjurkan ibu untuk beristirahat guna memulihkan kondisi ibu, Ibu
mengatakan akan beristirahat
3.
Menganjurkan ibu untuk tetap memenuhi asupan nutrisinya, ibu mengerti dengan
apa yang disampaikan
5.
Memberikan terapi sesuai advis dokter yaitu memberikan ibu injeksi ceftriaxon
2 x1g sehari, serta mengingatkan ibu
untuk mengkonsumsi obat yang telah diberikan seperti antalgin 3 x 1, vit C 2
x 1, Ibu telah diinjeksikan secara IV pukul 06.00 WIB dan minum obat yang telah
diinsrtuksikan.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplementasi pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh
atau sebagian dari ostium uteri
internum.
Sejalan
dengan bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah
proksimal memungkinkan pasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut
berpindah mengikut perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut
bermigrasi. Ostium uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bias mengubah luas
permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. Fenomena ini berpengaruh pada
derajat atau klasfikasi dari plasenta previa ketka pemeriksaan dilakukan bak
dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik dengan pemeriksaan
ultrasonografi maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu, pemeriksaan
ultrasonografi perlu diulang secara berkala dalam asuhan antenatal maupun
sauhan intranatal.
Klasifikasi:
1. Plasenta
previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
2. Plasenta
previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
3. Plasenta
previa marginalis adalah placenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta
letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
4.2.Saran
Semoga studi kasus ini bermanfaat bagi si pembaca
dan para institusi kesehatan untuk dijadikan sebagai acuan dalam memberikan
asuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar